Pages

Labels

Friday, October 19, 2012

Suku Asmat


Di Indonesia terdapat banyak suku yang beragam. Saya tertarik dengan suku yg berada di pulau timur sana (Irian Jaya) tepatnya di merauke yaitu suku asmat. Suku asmat adalah salah satu suku di pulau papua, suku ini terkenal dengan ide-ide mereka yang dituangkan kedalam hasil ukirannya yg unik-unik. Beberapa motif yang seringkali digunakan dan menjadi tema utama dalam proses pemahatan patung yang dilakukan oleh penduduk suku asmat adalah mengambil tema nenek moyang dari suku asmat sendiri, yang biasa disebut mbis. Tapi tak hanya motif itu, motif ornamen lain pun dapat banyak kita temui seperti motif yang menyerupai perahu/wuramon, yang mereka percayai sebagai simbol perahu arwah yang membawa nenek moyang mereka di alam kematian. Bagi penduduk asli suku asmat, seni ukir kayu lebih kepada sebuah perwujudan dari cara mereka untuk mengenang arwah para leluhurnya. Suku asmat ini tersebar dan mendiami wilayah sekitar pantai laut arafuru dan pegunungan jayawijaya, dengan medan yang lumayan berat mengingat daerah yang ditempati adalah hutan belantara, sangat sulit menemukan batu-batu jalanan yang sangat berguna bagi mereka untuk membuat kapak, palu, dan sebagainya. Mudah sekali menciriikan suku asmat ini, pada umumnya memiliki ciri fisik yang khas, berkulit hitam dan juga berambut keriting, tubuhnya pun cukup tinggi. Rata-rata tinggi badan orang asmat wanita sekitar 162 cm, dan tinggi badan laki-laki mencapai 172cm. Dalam kehidupan suku asmat, batu yang biasa kita lihat dijalanan ternyata sangat berharga bagi suku ini. Bahkan , batu ini bisa dijadikan sebagai mas kawin. Semua itu  disebabkan karna tempat tinggal suku asmat yang membentuk rawa-rawa sehingga  Populasi Suku ini terbagi menjadi dua, yaitu mereka yang tinggal di pesisir pantai, dan mereka yag tinggal dipedalaman. Kedua populasi ini amat sangat berbeda satu sama lain dalam hal dialek, cara hidup, struktur sosial dan juga ritual. Populasi pesisir pantai selanjutny terbagi kedalam dua bagian yaitu suku bisman yang berada diantara sungai sinesty dan sungai nin serta suku simai.
Salah satu suku asmat sedang membuat ukiran kayu


Selain dari hasil ukirannya, saya pun tertarik dengan pola hidup suku asmat ini, salah satu hal yang patut kita tiru dari pola hidup penduduk asli suku asmat, mereka merasa dirinya adalah bagian dari alam, oleh karena itulah mereka sangat menghormati dan menjaga alam sekitarnya, bahkan pohon menggambarkan tangan, buah menggambarkan kepala, dan akar menggambarkan kaki mereka. Salut sekali bukan? Hal itulah yang harus kita tiru. Mulai dari sekarang bersahabatlah dengan alam ya kawan-kawan. Suku asmat yang tetap memegang kuat filosofi hidup dan nilai-nilai kesopananya hal itu juga termasuk dalam cara mereka membangun rumah adat suku asmat tanpa adanya campur tangan arsitek didalamnya. Rumah adat suku asmat yang dikenal dengan nama Jew, adalah rumah yang khusus diperuntukkan bagi pelaksanaan segala kegiatan yang sifatnya tradisi. Misalnya untuk rapat adat melakukan pekerjaan membuat noken (tradisional suku asmat), mengukir kayu dan juga tempat tinggal para bujang. Rumah ini unik karena dibangun sangat panjang, bahkan hingga mencapai 50 meter. Karena masyarakat asmat kuno belum mengenal paku, maka pembuatan rumah jew sampai saat ini tidak menggunakan paku. Selain rumah jew, ada satu lagi rumah adat suku asmat yaitu, Tysem. Rumah ini bisa juga disebut sebagai rumah keluarga, karena yang menghuni adalah mereka yang telah berkeluarga. Biasanya ada dua sampai 3 pasang keluarga yang mendiami Tysem. Ukurannya lebih kecil dari pada rumah jew. Letak rumah Tysem biasanya di sekeliling rumah jew. Sebuah rumah jew dapat dikelilingi oleh sekitar 15 sampai 20 rumah Tysem. Bahan membangun rumah tysem hamper sama dengan bahan pembuat rumah jew, semua dari bahan alam yang terdapat di hutan sekitar lokasi suku asmat berada.
Sehari-hari suku asmat bekerja dilingkungan sekitarnya, terutama untuk mencari makan, dengan cara berburu maupun berkebun, yang tentunya masih menggunakan metode yang sangat tradisional dan sederhana. Seperti kebiasaan suku asmat dalam bertahan hidup dan mencari makan antara suku yang satu dan yang lainnya di wilayah Distrik Citak- Mitak ternyata hampir sama. Suku asmat darat, suku citak dan suku mitak mempunyai kebiasaan sehari hari dalam mencari nafkah adalah berburu binatang hutan seperti ular, kasuari, burung, rusa, babi hutan, komodo dan lain sebagainya. Mereka juga selalu meramuh dan memakan sagu sebagai makanan pokok, dan sebagian nelayan mencari ikan, dan udang untuk dimakan. Masakan suku asmat tidak seperti masakan yang kita makan. Bagi mereka yang termasuk masakan istimewa adaat ULAT SAGU. Namun sehari-harinya mereka hanya memanggang ikan ataupun daging binatang hasil buruannya. Ada banyak pertentangan diantara desa berbeda asmat, yang paling mengerikan adalah cara yang dipakai suku asmat untuk membunuh musuhnya. Ketika musuh dibunuh, mayatnya dibawa kekampung, kemudian dipotong dan dibagikan kepada seluruh penduduk untuk dimakan bersama. Mereka menyanyikan lagu kematian dan memengagal kepala si musuh, sedangkan otaknya dibungkus daun sago yang dipanggang dan dimakan. Sangat tragis bukan.
Untuk masalah kepercayaan terhadap roh leluhur, suku asmat berlatar belakang sebagai penganut animisme, sama seperti berbagai suku tradisional di seluruh dunia. Maka kepercayaan terhadap hal ghaib berupa roh leluhur yang menjaga mereka juga masih ada. Kepercayaan mereka itu dituangkan dalam keahlian membuat ukiran kayu tanpa sktsa. Mereka percaya, roh leluhur akan membimbing mereka untuk menyelesaikan patung ukiran yang mereka buat. Nama patung ukiran yang menceritakan tentang arwah para leluhur mereka disebut mbis. Mbis banyak dijumpai di rumah adat suku asmat terutama jew. Dipecaya roh leluhur akan turut menjaga rumah yang mereka bangun dengan adanya mbis di dalamnya. Seiring dengan berjalannya waktu, terdapat berbagai macam perubahan termasuk dalam hal kepercayaan, terakhir yang saya tahuu dari berita, salah satu kepala suku asmat dan keluarganya masuk agama islam, subhanallah luar biasa sekali, dan Alhamdulillah jumlah kaum muslim di papua bertambah lagi. Kepala suku tersebut mengucapkan dua kalimat syahadat, setelah resmi pergantian nama, kepala suku tersebut menikah ulang. Setelah resmi menjadi muslim, kepala suku tersebut mengaku siap untuk menyebarkan risalah islam kepada saudara-saudaranya dari suku asmat, untuk itu ia akan secepatnya mengenal islam lebih dekat “saya akan coba perkenalkan islam kepada saudara-saudara saya disana” ujar kepala suku asmat tersebut.
 Keluarga suku asmat mengucapkan kedua kalimat syahadat dan menikah ulang
Kepala suku asmat siap sebarkan islam di Papua


Referensi :
http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Asmat
http://info-info-umum.blogspot.com/2012/02/mengenal-suku-asmat-papua-indonesia.html

1 comment:

  1. agan boleh tau ini sumbernya dari mana atau dari observasian?

    ReplyDelete

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...